Seruan kepada Para Kepala Daerah Membaca Fakta Kerusakan di Sulsel

Intens.id, Makassar – Sulawesi Selatan menghadapi tantangan ekologis yang semakin nyata dan kompleks pada tahun 2024, seperti yang disorot dalam Catatan Akhir Tahun WALHI Sulawesi Selatan yang dilincurkan Senin 30 Desember 2024 di Makassar. Laporan tersebut memaparkan bencana ekologis yang meningkat, konflik sumber daya alam, serta dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat, khususnya perempuan, yang menjadi korban utama.

Peningkatan Bencana Ekologis

Selama tahun 2024, tercatat 362 kejadian bencana ekologis, termasuk banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Kabupaten Luwu menjadi yang paling terdampak dengan 39 kejadian, sementara Makassar mencatatkan 36 kasus, terutama banjir. Bencana ini tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang luas, dengan lebih dari 400.000 orang terdampak, 46 di antaranya meninggal dunia, serta kerugian hingga Rp 1,95 triliun.

Krisis Ekosistem dan Kerusakan Hutan

Hutan hujan di Sulawesi Selatan, termasuk Pegunungan Tokalekaju, menghadapi eksploitasi besar-besaran. Aktivitas tambang nikel dan izin usaha yang meluas telah mengurangi tutupan hutan hingga 212.238 hektar di wilayah Luwu Utara dan Luwu Timur. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk PT VALE Indonesia menambah kerusakan dengan penggunaan 17.239 hektar kawasan hutan.

Ketidakadilan Sosial dan Gender

Perempuan adalah kelompok yang paling terdampak oleh konflik sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Mereka harus menghadapi penggusuran, kekerasan berbasis gender, hingga marginalisasi. Di Takalar, perjuangan melawan Hak Guna Usaha PTPN XIV selama 40 tahun menunjukkan bagaimana perempuan berusaha mempertahankan tanah mereka meski menghadapi ancaman konstan.

4. Rekomendasi untuk Kepala Daerah

WALHI Sulawesi Selatan menyerukan kepada kepala daerah terpilih untuk:

  • Mengutamakan kebijakan berbasis keadilan ekologis.
  • Menghentikan proyek yang merusak lingkungan dan menghancurkan ekosistem.
  • Melibatkan masyarakat, khususnya perempuan, dalam pengambilan keputusan terkait sumber daya alam.

Sulawesi Selatan membutuhkan pemimpin yang berani melawan dominasi oligarki demi menyelamatkan lingkungan dan kesejahteraan masyarakatnya. Jika tidak, masa depan ekologi wilayah ini akan semakin suram.

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Topik Populer

KOMENTAR TERBARU