Intens.id – Sumenep, Kabupaten Sumenep hari ini tidak lagi tenang. Bukan karena kemajuan yang terlalu cepat, bukan pula karena geliat perubahan yang menyentuh akar. Justru sebaliknya, suasana kabupaten ini makin ramai dengan riuh kasus yang bermunculan dari berbagai arah. Mulai dari isu-isu administratif yang memanas di ruang-ruang kantor pemerintahan, hingga skandal besar yang menyeret angka fantastis dan menyentuh denyut harapan rakyat kecil.
Salah satu yang menggemparkan publik adalah dugaan korupsi pada program perumahan rakyat BSPS yang nilainya disebut mencapai ratusan miliar rupiah dan terbesar jumlahnya se-Indonesia. Program yang seharusnya menjadi harapan banyak warga untuk mendapat tempat tinggal yang layak, justru berubah menjadi ajang permainan anggaran. Lebih mengkhawatirkan lagi, kasus ini diduga kuat menyeret nama-nama elite politik lokal, khususnya dari kubu warna merah yang selama ini dikenal mendominasi arah pemerintahan Kabupaten Sumenep.
Namun, alih-alih mendapat penanganan cepat dan transparan, perhatian publik justru dialihkan oleh kemunculan isu-isu baru. Salah satunya adalah konflik seputar survei seismik PT KEI di wilayah kepulauan yang mendadak menjadi sorotan. Dalam waktu singkat, isu ini menggiring opini dan menyita perhatian publik, seolah menjadi prioritas utama. Bukan berarti persoalan itu tak penting, tetapi publik mulai menyadari pola lama yang terus berulang. saat satu kasus membesar, kasus baru muncul, menutupi jejak kasus sebelumnya. Kesadaran publik pun dipecah-pecah, hingga isu besar menguap tanpa jawaban yang seakan skenario tersebut sudah direncanakan.
Fakta politik di balik semua ini mulai terbuka
Kabar pecahnya elite dalam tubuh pemerintahan Kabupaten Sumenep bukan sekadar rumor. Perpecahan antara kubu merah dan hijau yang selama ini bersembunyi di balik formalitas kerja sama, kini nyata terlihat dalam tarik-menarik pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, di dalam kubu merah sendiri, katanya telah tumbuh faksi-faksi baru yang diam-diam saling menjatuhkan. Tak sedikit yang percaya bahwa riuhnya berbagai kasus belakangan ini adalah buah dari konflik internal yang kian keras—bukan hasil dari penegakan hukum yang progresif.
Lantas, dalam pertarungan elite ini, siapa yang diuntungkan dan siapa yang paling dirugikan?
Yang paling diuntungkan adalah mereka yang cerdik membaca celah. Elite tertentu memanfaatkan momentum ini untuk menjatuhkan rival politiknya, membangun citra baru di tengah kekacauan, atau menegosiasikan posisi tawar di lingkaran kekuasaan. Ada pula pihak lama yang sebelumnya nyaman dalam bayang-bayang kekuasaan, lalu mengambil celah untuk kembali ke panggung. Bahkan, pihak eksternal—baik investor atau kelompok berkepentingan nasional—pun ikut memanfaatkan kekosongan kontrol di daerah.
Sementara itu, yang paling dirugikan tetap rakyat. Masyarakat kecil yang seharusnya menerima manfaat dari program-program pemerintah malah disuguhi drama kekuasaan. Mereka kehilangan hak, kehilangan pelayanan, dan yang paling parah, kehilangan kepercayaan. Pegawai-pegawai negeri yang tidak terlibat langsung dalam konflik pun terseret arus—harus bekerja dalam ketidakpastian, berada di tengah permainan yang mereka tak bisa kendalikan.
Sumenep sedang berdiri di persimpangan
apakah semua ini akan menjadi titik balik menuju pemerintahan yang bersih dan transparan, atau justru berubah menjadi ladang kompromi baru bagi elite yang ingin tetap bertahan? Apakah masyarakat hanya akan menjadi penonton dari pertarungan kekuasaan ini, atau mulai sadar bahwa suara mereka bisa jadi penentu arah?
Yang pasti, selama para elite masih sibuk bertarung memperebutkan pengaruh, dan masyarakat hanya dijadikan penonton yang ditenangkan dengan isu-isu baru, maka gelombang kasus akan terus datang silih berganti. Yang berganti hanyalah wajah, nama, dan posisi—sementara akar masalahnya tetap tinggal di tempat.
- Penulis : Ahmad Syaiful Fajar
Kepala Biro Media Komunikasi dan Informasi Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (PP ISMEI) Tahun 2025-2027
Kepala Biro Lingkungan & Korda Sumenep Dewan Energi Mahasiswa Madura (DEM Madura) Tahun 2025-2026
Founder Lingkar Akar