Intens.id, Bulukumba– Perkemahan Ilmiah Remaja merupakan kegiatan wilayah Regional Sulawesi Selatan XV Tahun 2023 yang terselenggara berkat kerjasama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Pemkab Bulukumba Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bulukumba guna meningkatkan kesadaran lingkungan demi terciptanya pemuda unggul melalui konsep ecotourism
Salah satu rangkaian kegiatannya mengunjungi Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Luppung Desa Manyampa, menjadikannya salah satu objek penelitian para siswa dari berbagai daerah kabupaten kota di Sulawesi Selatan yang tergabung dalam kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja diikuti ratusan pelajar yang terbagi menjadi beberapa kelompok.
Puluhan pelajar yang didampingi oleh instruktur berpengalaman bersama tim pendamping dari masing-masing kabupaten untuk melakukan riset dan penelitian terkait kawasan wisata di hutan Mangrove Luppung, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara. Sumber informannya antara lain pengunjung, Pengurus Pokdarwis Mangrove Manyampa, Karang Taruna Desa Manyampa , warga sekitar Dusun Luppung, dan aparat desa serta Mahasiswa KKN Tematik Universitas Hasanuddin.
Kepala Desa Manyampa, Abbas Madda menyambut baik kunjungan siswa dari berbagai kabupaten tersebut.
“Menjadi kebahagiaan tersendiri dikunjungi oleh banyak siswa dari berbagai daerah, anak muda sebagai pemilik kekuatan terkhusus dalam berkarya. Tempat ini (Kawasan Mangrove) memang sudah cukup sering dikunjungi sebagai pilihan lokasi penelitian oleh mahasiswa, dan menjadi tempat penelitian adalah salah satu cita-cita besar kami sejak diresmikannya kawasan ekowisata ini,” kata Abbas.
Kunjungan langsung mengamati berbagai hal dikawasan ekowisata akan mampu merangsang pemikiran kritis melalui pertanyaan baru.
“Berbagai jurnal ilmiah hasil penelitian oleh mahasiswa untuk kebutuhan tugas akhir, penelitian dosen yang memilih lokasi Mangrove Luppung itu sudah banyak terbit dan dapat di baca situs penyedia atau penerbitan jurnal, iya lewat browsing di goole kita bisa ketik jurnal mangrove luppung itu sudah ada yang muncul,” ulas Abbas.
Penelitiannya saya liat, lanjut Abbas, ada macam-macam dari sisi ekologi, keanekaraman biota laut, ekosistem pesisir dan perilaku masyarakat terhadap hutan mangrove.
“Nah yang kunjungan oleh siswa ini untuk riset adalah kali pertamanya, dan tentu kedepannya kita terbuka untuk dikunjungi oleh siswa dari berbagai sekolah dalam hal melakukan pembelajaran, karena ada banyak kekayaan yang tersimpan, seperti halnya pengetahuan tentang manfaat mangrove, kondisinya yang setelah diteliti menghasilkan karya ilmiah itu karya besar menjadi acuan untuk yang juga melakukan penelitian,” jelas Abbas.
Selain melakukan wawancara langsung, sisiwa juga melakukan pengujian sampel air, pasir, tanah tempat tumbuhnya mangrove dan rumah berbagai biota laut terkhusus di bagian pesisir.(*)