- Advertisment -spot_img

Ekspedisi Kehidupan: Dari Jukir Menuju Bangku Universitas

Oleh: Isran
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Setiap manusia memiliki latar belakang sosial yang berbeda, namun bukan asal-usul yang menentukan arah hidup seseorang, melainkan bagaimana ia memaknai perjuangan dan peluang yang ada di hadapannya. Kisah ini adalah potret nyata tentang seorang anak petani dan kepala tukang bangunan dari pelosok kampung yang menempuh jalan panjang menuju perubahan melalui pendidikan.

Perjalanan ini bukan hanya kisah pribadi, tetapi juga refleksi sosial tentang arti perjuangan, mobilitas sosial, dan nilai pendidikan sebagai instrumen utama dalam membangun masa depan.

Akar Kehidupan: Dari Kampung dan Kesederhanaan

Lahir dari keluarga sederhana, dengan ayah seorang petani sekaligus kepala tukang bangunan di kampung, lingkungan kehidupan saya sejak kecil diwarnai oleh kerja keras dan ketulusan. Kebun dan proyek bangunan menjadi saksi bagaimana keluarga saya berjuang demi keberlangsungan hidup. Kondisi ekonomi yang terbatas tidak menjadi alasan untuk berpasrah, justru menjadi sumber motivasi untuk mengubah nasib melalui jalur yang paling mungkin: pendidikan.

Dalam perspektif sosiologi pendidikan, kondisi ini dapat dikategorikan sebagai upaya keluar dari lingkaran “determinasi struktural”, di mana keterbatasan ekonomi tidak harus membatasi kesempatan sosial seseorang (Bourdieu, 1986). Saya percaya bahwa pengetahuan adalah modal kultural yang mampu membuka pintu-pintu perubahan.

Ikhtiar Perubahan, Berjalan Melampaui Batas Impian

Dengan tekad dan keberanian, saya memutuskan untuk merantau ke Kota Makassar — kota yang dikenal sebagai pusat pendidikan dan peradaban di kawasan Indonesia Timur. Tidak ada modal besar yang saya bawa, selain do’a orang tua dan semangat untuk memperbaiki kehidupan.

Awal kedatangan saya di Makassar bukanlah cerita manis. Saya memulai kehidupan kota sebagai tukang parkir di sebuah warung sari laut di kawasan Alauddin. Setiap hari saya belajar menghargai waktu, memahami karakter manusia, dan menanamkan rasa tanggung jawab.

Setelah itu, saya bekerja sebagai pelayan di sebuah Caffee. Pekerjaan ini mengajarkan disiplin, komunikasi interpersonal, dan manajemen waktu. Di sela-sela kesibukan bekerja, saya terus memelihara mimpi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Kesadaran ini muncul dari pemahaman bahwa pengetahuan tidak hanya membuka jalan menuju karier yang lebih baik, tetapi juga membentuk karakter dan kepekaan sosial seseorang.

Dari Kampus Hijau Menuju Kampus Merah, Sebuah Jalan Melampuai Garis Takdir

Dengan segala keterbatasan, saya akhirnya diterima sebagai mahasiswa Program Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Alauddin Makassar. Kampus ini menjadi titik balik dalam kehidupan saya. Di sinilah saya belajar bahwa pendidikan bukan sekadar menimba ilmu, melainkan juga membentuk jati diri dan arah perjuangan hidup.
Organisasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan hidup saya. Baik organisasi internal kampus maupun organisasi eksternal, keduanya telah membentuk karakter, pola pikir, dan arah perjuangan saya hingga saat ini.

Di lingkungan kampus, organisasi internal seperti lembaga kemahasiswaan, forum ilmiah dan perjuangan di jalan menjadi tempat saya belajar memahami dunia akademik secara kritis. Dari forum-forum ini, saya belajar berpikir sistematis, menyampaikan pendapat secara argumentatif, dan memahami dinamika sosial yang melingkupi masyarakat.

Sementara itu, keterlibatan saya di organisasi eksternal seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) serta jaringan sosial kepemudaan lainnya, membuka wawasan saya terhadap nilai-nilai perjuangan umat dan bangsa.

HMI mengajarkan saya bahwa aktivis sejati bukan hanya pandai berbicara, tetapi juga berani berbuat dan bertanggung jawab secara moral. Dari organisasi inilah saya belajar tentang nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan secara utuh.

Organisasi mengubah saya dari pribadi yang hanya berpikir untuk diri sendiri, menjadi seseorang yang memikirkan nasib masyarakat. Saya belajar bahwa kepemimpinan bukan soal posisi, tetapi soal pengabdian. Seperti yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid, “Islam mengajarkan manusia untuk menjadi khalifah, yaitu pemimpin bagi diri sendiri dan lingkungannya.”

Setelah menuntaskan pendidikan sarjana, saya melanjutkan perjalanan akademik ke Universitas Hasanuddin (UNHAS) dengan jenjang jurusan Magister Ilmu Hukum, salah satu Universitas ternama di Indonesia Timur. Langkah ini bukan sekadar capaian pribadi, melainkan simbol bahwa mimpi anak kampung pun dapat menembus batas sosial, jika disertai tekad dan kerja keras yang konsisten.

Makna Perjalanan: Keyakinan adalah Kunci

Kisah ini tidak hanya menggambarkan perjuangan individual, tetapi juga memperlihatkan fungsi sosial pendidikan sebagai sarana mobilitas vertikal. Dalam pandangan sosiolog seperti (Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore), pendidikan merupakan mekanisme yang memungkinkan individu berpindah dari satu lapisan sosial ke lapisan lain melalui peningkatan kompetensi dan nilai ekonomi.
Saya adalah bukti kecil dari teori tersebut.

Dari seorang anak petani yang hidup dalam keterbatasan, kini saya dapat duduk di ruang kuliah universitas besar, berdiskusi tentang ilmu dan masa depan. Semua itu tidak terjadi secara instan, melainkan hasil dari akumulasi pengalaman, kerja keras, dan keyakinan bahwa setiap manusia berhak bermimpi besar.

Refleksi Kehidupan Menuju Jalan Perubahan

Kini, ketika saya menoleh ke belakang, saya menyadari bahwa setiap tahap perjalanan — dari kebun, parkiran warung, hingga ruang kuliah — memiliki makna tersendiri. Saya belajar bahwa kemiskinan bukanlah kutukan, melainkan tantangan untuk dihadapi dengan ilmu dan keberanian.
Saya ingin menjadi bukti bahwa anak petani dan kepala tukang bangunan pun mampu menulis takdirnya sendiri. Bahwa dari kampung kecil di pelosok Sulawesi Selatan, dapat lahir seseorang yang berjuang menembus batas kota dan dunia pendidikan.

Perjalanan ini bukan akhir, melainkan awal dari misi yang lebih besar: mengabdi, menginspirasi, dan membuktikan bahwa kesederhanaan adalah pondasi bagi lahirnya kekuatan sejati.

Motivasi Hidup Penulis:

“Jangan pernah meremehkan langkah kecil, karena dari satu langkah itulah perjalanan besar dimulai”.

Yakin Usaha Sampai!

Berita Terakait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Topik Populer

Komentar Terbaru