Intens.id, Jakarta – Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) menyelenggarakan Seminar dan Kongres Nasional ISMEI XVI di Jakarta pada tanggal 28-31 Agustus. Acara ini berlangsung selama tiga hari di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh ketua-ketua senat fakultas ekonomi dari seluruh kampus di Indonesia yang merupakan anggota ISMEI.
Saat ini, terdapat 260 kampus/universitas yang menjadi anggota ISMEI, dengan 175 kampus berstatus sebagai anggota Muda ISMEI. Kongres ISMEI XVI mengangkat tema “Akselerasi Perekonomian Demi Indonesia Maju” dengan tiga topik utama yang menjadi fokus pembahasan, yaitu Ekonomi Biru, Hilirisasi, dan Kedaulatan Pangan. Ketiga topik ini dinilai dapat mengakselerasi perekonomian Indonesia jika pengelolaannya dilakukan secara maksimal.
Ketua Badan Pimpinan ISMEI Periode 2022-2024, Muh. Fachri Dangkang, mengatakan bahwa tema yang diangkat pada Kongres Nasional ISMEI XVI didasarkan pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini, di mana diperlukan optimalisasi terhadap sumber daya yang ada di Indonesia serta dukungan kebijakan terpadu dari pemerintah untuk menghadapi tantangan dan mendorong percepatan perekonomian.
“Siklus perekonomian indonesia saat ini cukup baik dimana pertumbuhan ekonomi triwulan II 2024 5,05% didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Kemudian inflasi yang terkendali didukung sinergi pengendalian inflasi bank indonesia pemerintah pusat dan daerah. Nilai tukar yang menguat dikarenakan bauran kebijakan moneter BI dan ketahanan sektor eksternal yang meningkatkan aliran masuk modal asing.” Kata Fachri.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa di tengah ketidakpastian global yang juga mempengaruhi Indonesia, diperlukan tidak hanya penguatan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan infrastruktur, tetapi juga sinergi, seperti dukungan kebijakan terpadu dari pemerintah. Selain itu, ia menekankan pentingnya penguatan nilai tambah melalui hilirisasi, optimalisasi ekonomi biru, serta menjaga kedaulatan dan stabilitas pangan di Indonesia.
“Akan tetapi dunia sedang ditengah ketidakpastian global tak terkecuali indonesia maka selain penguatan SDM dan peningkatan Infrastruktur diperlukan sinergitas seperti dukungan bauran kebijakan dari pemerintah lalu penguatan nilai tambah melalui hilirisasi, optimalisasi ekonomi biru dan menjaga kedaulatan dan stabilitas pangan kita.” Lanjutnya.
Seminar nasional pada Kongres ISMEI XVI menghasilkan tiga poin penting yang akan direkomendasikan kepada pemerintah pusat sebagai acuan untuk mengoptimalkan pendapatan negara (collecting more) dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Adapun tiga poin tersebut adalah:
Hilirisasi:
Upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui program hilirisasi, dengan memperluas cakupan dan memperbaiki berbagai kekurangan yang selama ini muncul, termasuk menjaga kualitas lingkungan. Peningkatan investasi berorientasi ekspor perlu terus diupayakan di tengah situasi global yang penuh tantangan, termasuk melalui diversifikasi komoditas dan tujuan ekspor. Langkah berikutnya untuk memperkuat program hilirisasi adalah melakukan pendalaman atau intensifikasi. Saat ini, hilirisasi nikel baru mencapai tahap awal di smelter, yaitu dengan mengolah bijih nikel menjadi nickel pig iron dan feronikel.
Stabilitas Pangan:
• Mengembangkan jaringan logistik terintegrasi yang efisien dan membangun gudang penyimpanan pangan berbasis IoT adalah langkah penting untuk mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan akses pasar bagi petani. Dengan penerapan teknologi canggih, memperkuat kolaborasi, dan menyediakan dukungan kebijakan yang memadai, kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih stabil, efisien, dan berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi food loss dan food waste tetapi juga mendukung kemandirian pangan, kesejahteraan petani, serta meningkatkan ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.
• Mendorong pembiayaan alternatif berbasis pemantauan kinerja, business matching, dan implementasi e-katalog adalah solusi strategis untuk mendukung pertanian berkelanjutan sambil mematuhi aturan Uni Eropa tentang Deforestasi. Dengan memanfaatkan teknologi untuk pemantauan, mengembangkan platform crowdfunding dan CSR, serta menyediakan dukungan melalui business matching dan e-katalog, kita dapat meningkatkan akses pasar bagi petani dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya membantu memenuhi standar global, tetapi juga memperkuat ketahanan dan daya saing sektor pertanian domestik.
• Untuk mengatasi masalah gizi buruk seperti stunting dan memastikan petani mendapatkan harga pangan yang adil, perlu ada pendekatan holistik yang melibatkan kerjasama antara petani, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil. Program kerjasama yang efektif dapat memberdayakan masyarakat lokal, meningkatkan pendidikan gizi, dan menyediakan dukungan kesehatan. Sementara itu, kebijakan sosial yang mendukung jaminan harga pangan, akses ke pembiayaan, dan penguatan rantai pasokan akan membantu menciptakan sistem pangan yang lebih adil dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat memperbaiki status gizi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani, dan membangun ketahanan pangan yang lebih kuat.
Ekonomi Biru:
• Investasi dalam teknologi hijau yang mendukung penangkapan ikan berkelanjutan, budidaya laut, dan energi terbarukan dari laut seperti gelombang dan pasang surut sangat diperlukan. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi dampak lingkungan, dan menciptakan lapangan kerja baru.
• Mengembangkan sektor-sektor baru seperti ekowisata laut, pemanfaatan bahan baku laut untuk farmasi, dan produksi makanan laut yang berkelanjutan dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis industri dan meningkatkan daya tahan ekonomi lokal.
• Memperbaiki dan membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi biru, seperti pelabuhan, fasilitas pengolahan hasil laut, dan jaringan transportasi, juga penting. Infrastruktur yang baik akan meningkatkan efisiensi logistik dan akses pasar.
• Mendorong penelitian untuk mengidentifikasi peluang baru dan mengatasi tantangan dalam ekonomi biru juga menjadi langkah strategis. Inovasi dalam metode budidaya, pemantauan kualitas lingkungan, dan pengelolaan ikan dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
• Mengembangkan kerjasama dengan negara lain untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik dalam pengelolaan sumber daya laut. Kerjasama ini dapat meningkatkan kapasitas dan dampak ekonomi biru di tingkat global.
Selain menghasilkan rekomendasi kebijakan ekonomi, Kongres ISMEI XVI juga memilih Badan Pimpinan dan Badan Pengawas baru yang terdiri dari 5 Badan Pimpinan dan 7 Badan Pengawas. Secara demokratis, peserta kongres menetapkan:
Badan Pimpinan (BP) Pengurus Pusat ISMEI 2024-2026:
1. Ian – Universitas Pattimura Ambon (Unpati), Ambon
2. Fajar Try Suari F – Universitas Singaperbangsa Karawang
3. M. Soeb Alfian – Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
4. Zulkifli Nurfadhulla – Universitas Gajayana Malang
5. Adji Permana – Universitas Jambi
Badan Pengawas dan Konsultasi (BPK) Pengurus Pusat ISMEI 2024-2026:
1. Abang Akbar – Universitas Fajar (Unifa), Makassar
2. Rhafli Anugrah Akbar – Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta
3. Abdul Aziz – Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA), Banten
4. Alfi Noor Muhammad – Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta
5. Dirman – Universitas Muhammadiyah (UM), Kendari
6. Ade Nanda – Universitas Lancang Kuning, Riau
7. Abdul Sakur – Universitas Madura, Jawa Timur